Selasa, 21 Februari 2012

TEKNIK MENAMBAH JANGKA PANGJANG INGATAN OTAK

Ada yang stress dengan
cara belajar yang kurang
efektif? Atau merasa
kesulitan menghafalkan
rumus, atau ilmu yang
sedang ditekuni? Mungkin
dari sekian banyak masalah
teman-teman, saya juga
merasakan hal yang sama.
Terkadang cukup sulit untuk
memasukkan ingatan berupa
ilmu ini ke dalam otak.
Kalaupun masuk, paling
beberapa hari, minggu, atau
mungkin jam akan hilang.
Ingatan ini disebut ingatan
jangka pendek (Short
Term Memory). Yang kita
inginkan adalah ingatan
jangka panjang (Long
Term Memory
Untuk membedakan antara
ingatan jangka panjang
(Long Term Memory) dan
ingatan jangka pendek
(Short Term Memory),
bisa dianalogikan
(permisalan) dengan contoh
berikut. Saat kita
membereskan kamar, pasti
banyak sekali kertas atau
apapun yang berserakan di
dalam kamar kita. Agar kamar
menjadi rapi, yang kita
lakukan adalah
mengumpulkan semua yang
berserakan, lalu
mensortirnya. Kemudian
dibagi menjadi dua golongan
barang, yaitu yang akan
disimpan dan akan dibuang.
Mengapa sebagian dibuang?
Karena kertas atau barang
itu tidak terlalu penting, dan
kita tidak mau ruangan
penuh sesak, sehingga
beberapa barang harus
dibuang agar bisa
memperluas ruang di dalam
kamar. Kertas atau barang
penting kita simpan.
Seperti itulah otak. Ingatan
jangka pendek akan dibuang
secara berkala untuk
menyediakan tempat untuk
ingatan selanjutnya. Bukan
berarti otak tidak mampu
mengingat semuanya.
Terkadang ada ingatan yang
bisa mempengaruhi prikis
seseorang atau alasan lain.
Ingatan seperti inilah yang
akan dibuang. sedangkan
sebagian akan disimpan
dalam bentuk ingatan jangka
panjang, misalnya kenangan.
Beberapa cara yang saya
dapatkan setelah searching
di internet adalah :
1. Mengikat Makna. Artinya
saat mengingat sesuatu
yang baru sama sekali,
kita disarankan untuk
membuat hubungan antara
ilmu atau ingatan baru
dengan ingatan yang
sudah ada. Semakin
banyak ingatan baru
terhubung dengan ingatan
yang sudah ada, semakin
mudah ingatan baru diingat
untuk selanjutnya.
Penerapannya adalah
dengan menulis dengan
kata-kata sendiri. Kita tulis
informasi baru dengan
faktor kepahaman yang
kita punya, dengan segala
contohnya. intinya adalah
kita faham, baru kita tulis
sesuai kepahaman kita.
2. Mengingat guna. Dalam
bahasa lain, Apa
Manfaatnya Bagi Kita
(AMBAK) . Kita belajar
sesuatu, sebisa mungkin
kita terapkan dalam hidup.
Intinya, kita harus tahu
dulu manfaat dari ilmu yang
kita pelajari ini. Namun,
jangan pernah melihat
manfaat ilmu karena butuh
nilai bagus, atau untuk
menjawab soal ujian.
Pikirkan manfaat yang real
yang bisa kita dapat dari
belajar ilmu ini. Dengan
begitu, disaat kita
membutuhkan, kita bisa
memanggil kembali ingatan
kita.
3. Mengikat rasa. Artinya
melibatkan perasaan dalam
pengingatan informasi.
Inilah cara paling efektif
digunakan. Gunakan emosi
dalam mengingat ilmu. Cara
ini sama saat kita membuat
sebuah kenangan dalam
diri kita. Terapkan cara
cara seperti dengan
melakukan kegiatan di
luar, drama, dibuat musik,
membuat pryke kecil, atau
produk hasil dari ilmu yang
kita pelajari. Karena kita
telah berkarya, biasanya
kita cenderung mudah
mengingat karya kita
bukan?
4. Prinsip hadiah. Dua hal ini
menurut Dr ISKANDAR
JAPARDI bisa mempengaruhi
masuknya ingatan ke otak
kita. Prinsip ini adalah
tingkat lanjut dari teknik
ke 3, menggunakan
perasaan dalam mengingat.
Dengan meggunakan
hadiah (stimulus), maka
kita senang, sehingga
pada tahap tertentu
setelah diberi hadiah, kita
sudah terbiasa dalam
penggunaan ilmu. Contoh,
ketika selesai belajar kita
atau orang lain memuji diri
kita sendiri. Secara tidak
langsung, ingatan tentang
ilmu itu akan terekam, dan
setelah beberapa kali
pengulangan pemberi
hadiah, ingatan akhirnya
tersimpan.
5. Pengkondisian. Artinya kita
menyamakan atau membuat
mirip kondisi ketika kita
mengingat kembali memori
tersebut dengan saat kita
pertama kali kita mengingat
materi atau ilmu. Misalnya,
kita belajar bersama teman
tentang materi tertentu.
Dan di saat kita ingin
mengingat kembali, kita
bisa menciptakan
lingkungan yang sama
dengan saat kita belajar.
Namun, pertanyaannya,
bagaimana jika kita tidak
menemukan kondisi yang
sesuai? Bisa saja kita
bayangkan saat-saat kita
belajar itu. biasanya
ingatan ini masih ada
karena menjadi kenangan
dalam diri kita. Kondisi
semu ini yang akan
membantu kita mengingat
mareti, atau ilmu yang
telah kita pelajari.
6. Proses Lupa. Dengan
belajar proses lupa. kita
bisa meminimalisir.
Diantaranya karena hal-
hal berikut: waktu
pengulangan terlalu lama.
Artinya tidak diadakan
pengulangan ingatan
sehingga setelah beberapa
tahun, ilmu yang tidak
pernah diulang itu
dilupakan. Solusinya,
lakukan pengulangan. Lalu,
interferensi (gangguan)
ingatan baru terhadap
ingatan lama atau
sebaliknya. Misalnya disaat
kita ingin belajar tentang
peta Sumatra, lalu kita
memaksakan untuk juga
belajar peta Kalimantan.
Ingatan tercampur aduk,
dan akhirnya kita bingung.
Atau sebaliknya ketika kita
belajar bahasa baru,
kesamaan bahasa baru
dengan bahasa lama akan
mengganggu proses
mengingat bahasa baru.
Solusi, jangan belajar hal
yang mirip diwaktu
bersamaan. Juga karena
tidak adanya petunjuk
(tanda ingatan) atas ilmu
yang kita pelajari. Mungkin
ini berhubungan dengan
penggunaan Mind Map.
Mind Map menggunakan
tanda ingatan (poin-poin)
sehingga hanya dengan
tahu poin-poin itu, ingatan
bisa di'panggil' kembali.
Solusi, belajar lebih lanjut
tentang Mind Mapping.
Sumber :
1. http://
sejutaguru.blogspot.com/
2010/08/3-langkah-
memiliki-ingatan-
jangka.html
2. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/1964
/1/bedah-iskandar%
20japardi18.pdf
3. http://
elearning.gunadarma.ac.id/
docmodul/psikologi_umum_
1/Bab_6.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar